Breaking News

Ketahanan Oke, Ini PR dari Pelatih untuk Anthony dan Jonatan Christie

Ketahanan Oke, Ini PR dari Pelatih untuk Anthony dan Jonatan Christie

Ketahanan Oke, Ini PR dari Pelatih untuk Anthony dan Jonatan Christie
pic. google.com

Jakarta - Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie menjadi finalis Korea Terbuka, tapi kemudian tersingkir di babak pertama Jepang Terbuka Super Series. Apa saja evaluasi sang pelatih?

Setelah menjadi finalis Korea Terbuka pada 17 September, duo tunggal putra Indonesia, Anthony dan Jonatan, tak mampu mempertahankan perfomanya di Jepang Open yang dihelat pekan berikutnya. Mereka langsung kandas di babak pertama. 

Jonatan lebih dulu angkat koper setelah dikalahkan wakil tuan rumah, Kenta Nishimoto, 20-22, 15-21. Anthony disingkirkan Hu Yun (Hong Kong) rubber game 16-21, 21-10, dan 13-21. 

"Bukan penurunan atau (penampilan) tidak stabil, tetapi di Korea itu untuk sampai all Indonesia final adalah sebuah kejutan dan main di final itu cukup banyak tenaga yang terkuras," kata pelatih pelatnas PBSI, tunggal putra, Hendry Saputra kepada detikSport, Senin (25/9/2017).

"Lalu dengan satu hari ke Jepang dan hari berikutnya langsung main di kelas super series, kemudian dengan pemain-pemain banyak yang hadir seperti Lee Chong Wei, Victor Axelsen, Lin Dan, memang perlu ada tenaga ekstra dan itu bukan dari segi teknis tapi non teknis juga menurun. Hal itu mau tak mau mempengaruhi fokus anak-anak," ujar Hendry yang berasal dari PB Tangkas Jakarta itu. 

Menurut Hendry, Anthony dan Jonatan sudah menunjukkan penampilan terbaiknya di Jepang Terbuka. Hanya saja, mereka kalah pengalaman dan jam terbang. 

"Sebenarnya bisa saja mereka mengantisipasi lawan cuma kembali lagi ada keterbatasan kemampuan. Itu perlu jam terbang dan pengalaman. Untuk bisa dua kali juara tentu ada standar seperti mental tinggi, daya juang, segala macam ototnya dan itu tak mudah," Hendry membeberkan.

"Sementara untuk endurance sudah termasuk oke. Bisa dilihat mereka main sampai final dengan durasi waktu 70-an menit itu luar biasa sekali. Tetapi, dengan ukuran muda dan belum matang untuk mengatasi ini memang perlu perjuangan lain," dia menambahkan. 

"Evaluasi saya, soal endurance saya tak kuatir dan dilihat hasilnya bagus. Saya fokus soal teknik saja, seperti pukulan banyak mati sendiri dan pola pikir pemain. Sudah leading tapi setelah itu kalah. Contoh Anthony 18-12 dengan Sai Praneeth B, tapi bisa kalah di World Championship. Nah, ini yang masih saya perlu pelajari latihan seperti apa untuk mengatasinya. Poinnya itu kira-kira," Hendry mengungkapkan. 

sumber

No comments